
Ruwatan dan Tasyakuran Ibu Turiyah di Desa Sindang: Tradisi, Doa, dan Budaya dalam Satu Hari Penuh Makna
Desa Sindang kembali diselimuti suasana sakral dan penuh kebersamaan melalui pelaksanaan acara Ruwatan dan Tasyakuran Ibu Turiyah yang berlangsung pada Senin, 21 Juli 2025. Bertempat di kediaman Ibu Turiyah, acara ini dimulai pukul 08.00 malam dan berlangsung hingga selesai, dihadiri oleh warga sekitar, keluarga besar, tokoh masyarakat, serta para pecinta budaya Jawa.
Acara ini digelar sebagai bentuk rasa syukur keluarga atas kesehatan dan keselamatan, sekaligus menjalankan tradisi ruwatan yang diyakini sebagai sarana untuk menolak bala dan membersihkan diri dari kesialan atau nasib buruk yang dianggap bisa mengganggu harmoni hidup.
Kegiatan diawali dengan pengajian bersama yang dipimpin oleh seorang kyai setempat. Suasana pagi yang hening dipenuhi lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan doa-doa bersama yang dipanjatkan untuk keberkahan hidup, keselamatan keluarga, serta memohon perlindungan dari marabahaya. Pengajian ini juga menjadi momen reflektif bagi warga untuk mempererat ikatan religi sekaligus memperkuat nilai-nilai sosial di tengah masyarakat.
Setelah pengajian dan ramah tamah bersama tamu undangan, acara dilanjutkan dengan pementasan wayang kulit, yang menjadi puncak acara ruwatan. Pagelaran wayang kulit ini tidak hanya menjadi hiburan rakyat, tetapi juga menyimpan nilai-nilai filosofi dan spiritual mendalam. Dalang yang memimpin pertunjukan membawa lakon ruwatan dengan alur cerita yang sarat makna tentang perjuangan manusia melawan hawa nafsu, takdir, dan kehendak Tuhan.
Pagelaran ini juga melibatkan gamelan lengkap yang menambah khidmat suasana dan menghadirkan nuansa tradisional khas Jawa. Anak-anak hingga orang tua tampak antusias menikmati pertunjukan tersebut. Banyak dari warga yang mengaku rindu dengan suasana seperti ini, di mana budaya, agama, dan kearifan lokal bertemu dalam satu panggung yang harmonis.
Ibu Turiyah sendiri menyampaikan rasa syukurnya atas kelancaran acara ini. Acara ditutup dengan doa penutup bersama suguhan hidangan jajanan tradisional kepada para tamu sebagai bentuk ungkapan syukur dan rasa terima kasih. Suasana kekeluargaan begitu terasa hangat di halaman rumah Ibu Turiyah yang dipenuhi canda tawa dan cerita nostalgia.
Ruwatan dan tasyakuran ini menjadi bukti bahwa tradisi masih hidup di tengah masyarakat Desa Sindang. Melalui kegiatan seperti ini, generasi muda diajak untuk tidak melupakan akar budaya mereka, sekaligus menjaga nilai-nilai religius dalam kehidupan bermasyarakat.