
Putusnya jembatan utama di Desa Sindang membuat aktivitas warga terganggu. Akses jalan yang biasa digunakan untuk menunjang mobilitas harian kini tidak bisa dilalui, sehingga warga harus mencari jalur alternatif untuk bisa melintas ke desa atau wilayah sekitarnya. Salah satu solusi yang dipilih warga adalah menggunakan getek, perahu rakit tradisional yang digerakkan secara manual sebagai sarana transportasi alternatif.
Getek kini menjadi transportasi utama bagi warga Desa Sindang untuk menyebrang sungai. Bukan hanya untuk keperluan pribadi, tetapi juga untuk aktivitas ekonomi seperti mengangkut hasil pertanian, membawa barang kebutuhan pokok, hingga akses ke sekolah dan layanan kesehatan. Banyak warga mengaku memilih menggunakan getek karena lebih cepat dan efisien dibandingkan harus memutar melalui jalur darat yang jauh dan memakan waktu.
Seiring meningkatnya permintaan, para pengelola getek mulai menetapkan tarif layanan. Untuk satu kali penyeberangan, warga dikenakan biaya sebesar Rp3.000 per sepeda motor. Meski terbilang cukup terjangkau, dalam jangka panjang, biaya ini bisa menjadi beban tambahan bagi warga, terutama bagi mereka yang harus melintas setiap hari. Beberapa warga menyatakan bahwa mereka terpaksa mengeluarkan biaya ekstra demi tetap bisa beraktivitas seperti biasa.
"Daripada harus muter jauh, mending naik getek. Walau bayar, tapi cepat sampai," ujar salah satu warga Desa Sindang yang setiap hari menggunakan getek.
Namun di balik efisiensi getek, tersimpan kekhawatiran soal keselamatan. Tidak adanya pelampung, perlindungan cuaca, dan sistem keselamatan lainnya membuat warga waswas, terutama saat musim hujan atau saat arus sungai deras. Oleh karena itu, warga sangat berharap agar pemerintah segera turun tangan memperbaiki jembatan yang rusak agar mereka tidak terus bergantung pada sarana transportasi darurat ini.
Warga berharap adanya perhatian serius dari pemerintah daerah maupun pusat untuk menangani kondisi ini. Selain mempercepat proses perbaikan jembatan, warga juga mengusulkan agar sementara waktu pengelolaan getek diperhatikan dari segi keselamatan dan subsidi biaya, terutama bagi pelajar dan warga kurang mampu.
Kondisi di Desa Sindang ini menjadi potret nyata bagaimana infrastruktur yang rusak dapat berdampak besar pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Meskipun warga telah menunjukkan kreativitas dan kemandirian dengan memanfaatkan getek sebagai alternatif, namun solusi jangka panjang tetap menjadi tanggung jawab pemerintah untuk menjamin mobilitas dan keselamatan warganya.
